Sebagai pendengar radio, saya mengucapkan "Selamat Hari Radio Nasional Sekali di Udara Tetap di Udara". Sebagai bukti kegemaran saya mendengarkan radio, saya akan sedikit berbagai kepada kepada Anda tentang Sejarah Hadirnya Radio dan Perkembangan Radio di Indonesia.
Munculnya radio tak lepas dari penggunaan sinyal elektromagnetik untuk mengirimkan informasi. Mulai dari sekedar eksperimen ilmiah, hingga menjadi industri bisnis, radio telah banyak berperan sebagai media penyiaran yang mempengaruhi konstelasi sosial dan politik di dunia, setidaknya hingga saat ini.
Di Indonesia, penyiaran radio telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Radio berkembang dari media propaganda kolonial Belanda dan Jepang, media penyiaran pemerintah, hingga menjadi hiburan teman macet sekaligus media biar tetap update dan eksis di masyarakat.
Di Indonesia, penyiaran radio telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Radio berkembang dari media propaganda kolonial Belanda dan Jepang, media penyiaran pemerintah, hingga menjadi hiburan teman macet sekaligus media biar tetap update dan eksis di masyarakat.
Lahirnya Siaran Radio
Konsep radio yang kita kenal berawal dari Heinrich Rudolf Hertz. Memanfaatkan spektrum frekuensi dan properti gelombang elektromagnetik, Hertz menunjukkan bahwa kita dapat mengirimkan informasi dalam jarak tertentu. Keberhasilan Hertz membuat para fisikawan mengajukan penggunaan gelombang dari Hertz sebagai cara navigasi atau komunikasi secara nirkabel.
Penemu muda Italia bernama Guglielmo Marconi merupakan sosok terkenal sebagai penemu radio. Marconi sebenarnya pencipta sistem telegrafi nirkabel komersil menggunakan gelombang radio yang diajukan oleh Hertz. Pada Agustus 1895, Marconi menguji sistem yang ia ajukan dan mampu mengirim sinyal jangkauan 800 meter. Dengan meninggikan letak antena, sistem telegrafi Marconi mampu mengirimkan sinyal menjangkau 3,2 km. Pada Juni 1912, Marconi membuka pabrik radio pertama di dunia yang terletak di Chelmsford, Inggris.
Radio pertama yang menyiarkan program berita adalah stasiun 8MK di Detroit, Michigan. Siaran tersebut berlangsung pada 31 Agustus 1920 stasiun 8 MK masih mengudara hingga kini dibawah kepemilikan jaringan bisnis CBS.
Penemu muda Italia bernama Guglielmo Marconi merupakan sosok terkenal sebagai penemu radio. Marconi sebenarnya pencipta sistem telegrafi nirkabel komersil menggunakan gelombang radio yang diajukan oleh Hertz. Pada Agustus 1895, Marconi menguji sistem yang ia ajukan dan mampu mengirim sinyal jangkauan 800 meter. Dengan meninggikan letak antena, sistem telegrafi Marconi mampu mengirimkan sinyal menjangkau 3,2 km. Pada Juni 1912, Marconi membuka pabrik radio pertama di dunia yang terletak di Chelmsford, Inggris.
Radio pertama yang menyiarkan program berita adalah stasiun 8MK di Detroit, Michigan. Siaran tersebut berlangsung pada 31 Agustus 1920 stasiun 8 MK masih mengudara hingga kini dibawah kepemilikan jaringan bisnis CBS.
Siaran Radio Masuk Indonesia
Penyiaran radio komersil berkembang di Eropa dan Amerika Serikat pada 1920-an dan menyebar ke Indonesia. Stasiun radio Bataviase Radio Vereeniging (BRV) yang menjadi stasiun radio siaran pertama di Indonesia yang resmi berdiri pada 16 Juni 1925. BRV bertujuan menyampaikan siaran propaganda terkait perusahaan dan perdagangan.
Para pemuda Indonesia juga berinisiatif mendirikan stasiun radio. Berawal dari pendirian Solosche Radio Vereeniging (SRV) di Solo pada 1933, berbagai stasiun radio muncul menyiarkan acara kesenian dan kebudayaan Indonesia. Pergerakan kebangsaan yang semakin menguat membuat masuknya unsur politik sebagai upaya propaganda dalam siaran stasiun radio dari Indonesia.
Pesatnya pertumbuhan radio membuat pemerintah Belanda menetapkan aturan penyiaran radio bernama “Radiowet” pada tahun 1934. Aturan ini diiringi dengan pendirian perkumpulan radio bernama NIROM atau Nederlands Indische Radio Omroep. Secara umum, program yang disiarkan meliputi hiburan, pidato, uraian, dan ceramah. Melalui NIROM, pemerintah kolonial Belanda berusaha menyebarkan doktrin terkait politik etis untuk mengimbangi peningkatan pergerakan kebangsaan di Indonesia.
Pada 8 Maret 1942, militer Jepang resmi menduduki Indonesia setelah Belanda menyatakan menyerah. Keadaan ini membuat semua stasiun radio swasta diurus oleh Pusat Jawatan Radio yang khusus dibentuk pemerintahan Jepang. Pusat jawatan ini memiliki cabang di berbagai kota dan kabupaten.
Selama pendudukan militer Jepang, stasiun radio banyak menyiarkan program yang memihak kepentingan militer Jepang. Meski begitu, kebudayaan dan kesenian Indonesia mendapat perhatian yang jauh lebih baik. Radio menjadi kesempatan untuk menyiarkan kebudayaan dan kesenian dalam porsi yang jauh lebih besar. Pada era ini, muncul juga berbagai pencipta lagu Indonesia.
Dibawah wewenang militer Jepang, siaran radio hanya dilakukan menggunakan dua bahasa: bahasa Jepang dan Indonesia. Radio juga menjadi media untuk mengajarkan cara bersikap ala Jepang seperti semangat kesatria, taat dan hormat pada orang tua, serta taat pada pemimpin dan raja. Setiap pagi, militer Jepang menerapkan latihan militer dan pendidikan jasmani secara massal lewat komando radio. Pelajar dan pegawai umumnya melakukan senam sebelum memulai aktivitas dipandu siaran radio bernama “Radio Taiso”.
Para pemuda Indonesia juga berinisiatif mendirikan stasiun radio. Berawal dari pendirian Solosche Radio Vereeniging (SRV) di Solo pada 1933, berbagai stasiun radio muncul menyiarkan acara kesenian dan kebudayaan Indonesia. Pergerakan kebangsaan yang semakin menguat membuat masuknya unsur politik sebagai upaya propaganda dalam siaran stasiun radio dari Indonesia.
Pesatnya pertumbuhan radio membuat pemerintah Belanda menetapkan aturan penyiaran radio bernama “Radiowet” pada tahun 1934. Aturan ini diiringi dengan pendirian perkumpulan radio bernama NIROM atau Nederlands Indische Radio Omroep. Secara umum, program yang disiarkan meliputi hiburan, pidato, uraian, dan ceramah. Melalui NIROM, pemerintah kolonial Belanda berusaha menyebarkan doktrin terkait politik etis untuk mengimbangi peningkatan pergerakan kebangsaan di Indonesia.
Pada 8 Maret 1942, militer Jepang resmi menduduki Indonesia setelah Belanda menyatakan menyerah. Keadaan ini membuat semua stasiun radio swasta diurus oleh Pusat Jawatan Radio yang khusus dibentuk pemerintahan Jepang. Pusat jawatan ini memiliki cabang di berbagai kota dan kabupaten.
Selama pendudukan militer Jepang, stasiun radio banyak menyiarkan program yang memihak kepentingan militer Jepang. Meski begitu, kebudayaan dan kesenian Indonesia mendapat perhatian yang jauh lebih baik. Radio menjadi kesempatan untuk menyiarkan kebudayaan dan kesenian dalam porsi yang jauh lebih besar. Pada era ini, muncul juga berbagai pencipta lagu Indonesia.
Dibawah wewenang militer Jepang, siaran radio hanya dilakukan menggunakan dua bahasa: bahasa Jepang dan Indonesia. Radio juga menjadi media untuk mengajarkan cara bersikap ala Jepang seperti semangat kesatria, taat dan hormat pada orang tua, serta taat pada pemimpin dan raja. Setiap pagi, militer Jepang menerapkan latihan militer dan pendidikan jasmani secara massal lewat komando radio. Pelajar dan pegawai umumnya melakukan senam sebelum memulai aktivitas dipandu siaran radio bernama “Radio Taiso”.
Pendirian RRI
Meski banyak stasiun radio yang dilarang mengudara dan akses terhadap radio luar negeri ditutup militer Jepang, beberapa pemuda Indonesia mencari cara mengakses radio luar negeri untuk mengikuti perkembangan terbaru situasi politik internasional.
Sejak Juli 1945, pemuda di Indonesia terus mengikuti informasi terbaru situasi Perang Dunia II. Pada 26 Juli 1945, radio BBC London menyiarkan berita bahwa sekutu mengeluarkan ultimatum pertama kepada Jepang. Kabar ini membangkitkan harapan para pejuang kemerdekaan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 14 Agustus 1945, BBC menyiarkan berita menyerahnya Jepang tanpa syarat oleh Tenno Heika.
Berita menyerahnya Jepang mendorong para pemuda bergerak mendesak para pemimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, keraguan muncul karena pemerintah Jepang seolah menutup-nutupi kabar ini. Mereka juga menyensor materi siaran terkait Jepang di setiap stasiun radio.
Desakan merdeka dari kalangan pemuda ini menimbulkan ketegangan hingga memicu peristiwa yang dikenal peristiwa rengasdengklok. Singkat cerita, Indonesia resmi memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan seluruh kegiatan stasiun radio Jepang di Indonesia dihentikan kegiatannya sejak 19 Agustus 1945.
Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, beberapa sosok penting mengadakan pertemuan untuk menggagas pendirian stasiun radio di Indonesia. Pertemuan ini berlangsung di rumah Adang Kadarusman, wilayah Menteng. Pertemuan ini menghasilkan keputusan pendirian Radio Republik Indonesia atau RRI. Pada 11 September 1945 RRI resmi berdiri dan Abdul Rahman Saleh ditunjuk sebagai direktur umum.
Sejak Juli 1945, pemuda di Indonesia terus mengikuti informasi terbaru situasi Perang Dunia II. Pada 26 Juli 1945, radio BBC London menyiarkan berita bahwa sekutu mengeluarkan ultimatum pertama kepada Jepang. Kabar ini membangkitkan harapan para pejuang kemerdekaan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 14 Agustus 1945, BBC menyiarkan berita menyerahnya Jepang tanpa syarat oleh Tenno Heika.
Berita menyerahnya Jepang mendorong para pemuda bergerak mendesak para pemimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, keraguan muncul karena pemerintah Jepang seolah menutup-nutupi kabar ini. Mereka juga menyensor materi siaran terkait Jepang di setiap stasiun radio.
Desakan merdeka dari kalangan pemuda ini menimbulkan ketegangan hingga memicu peristiwa yang dikenal peristiwa rengasdengklok. Singkat cerita, Indonesia resmi memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan seluruh kegiatan stasiun radio Jepang di Indonesia dihentikan kegiatannya sejak 19 Agustus 1945.
Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, beberapa sosok penting mengadakan pertemuan untuk menggagas pendirian stasiun radio di Indonesia. Pertemuan ini berlangsung di rumah Adang Kadarusman, wilayah Menteng. Pertemuan ini menghasilkan keputusan pendirian Radio Republik Indonesia atau RRI. Pada 11 September 1945 RRI resmi berdiri dan Abdul Rahman Saleh ditunjuk sebagai direktur umum.
Perkembangan Radio di Indonesia
Pendirian RRI dilandasi komitmen untuk menjadi lembaga penyiaran publik yang independen, netral, mandiri dan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Sebagai stasiun radio milik negara, sekaligus stasiun radio siaran pertama, RRI memonopoli siaran radio di Indonesia hingga perubahan situasi politik tahun 1965.
Pada era 1960-an, berkembang banyak radio amatir di Indonesia yang kemudian menjadi cikal bakal kemunculan radio swasta di Indonesia. Berawal sekedar hobi dan berinteraksi dengan masyarakat, radio amatir kemudian mengalami perkembangan menjadi Radio Siaran Swasta.
Pada era orde baru, radio menjadi semakin diminati. Pemerintah kemudian mengakui Radio Siaran Swasta dan disahkan melalui Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Melalui aturan ini, pemerintah meminta radio memiliki kelembagaan sebagai Perseroan Terbatas (PT).
Pesatnya pertumbuhan radio siaran swasta di Indonesia di era 70-an membuat situasi siaran radio menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu, para tokoh asosiasi dan radio siaran swasta di Indonesia menggagas Kongres Radio Siaran Swasta Indonesia pertama pada tanggal 16-17 Desember 1974. Kongres ini secara resmi melahirkan Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI). Pada 1983, organisasi ini mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia.
Radio siaran swasta terus berkembang hingga kini. Menurut data PRSSNI 2011, terdapat sekitar 2590 lembaga penyiaran radio di Indonesia. Selain menyiarkan program berbahasa Indonesia, beberapa stasiun radio terkadang menyiarkan program atau siaran berita dari luar negeri.
Kemunculan teknologi digital membuat banyak stasiun radio Indonesia menyediakan fasilitas penyiaran streaming audio bagi para pendengar. Dengan fasilitas ini, siaran mereka tak hanya didengarkan oleh para pendengar di wilayah jangkauan frekuensi mereka, tapi juga kepada pendengar di seluruh dunia yang terkoneksi internet.
Pada era 1960-an, berkembang banyak radio amatir di Indonesia yang kemudian menjadi cikal bakal kemunculan radio swasta di Indonesia. Berawal sekedar hobi dan berinteraksi dengan masyarakat, radio amatir kemudian mengalami perkembangan menjadi Radio Siaran Swasta.
Pada era orde baru, radio menjadi semakin diminati. Pemerintah kemudian mengakui Radio Siaran Swasta dan disahkan melalui Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Melalui aturan ini, pemerintah meminta radio memiliki kelembagaan sebagai Perseroan Terbatas (PT).
Pesatnya pertumbuhan radio siaran swasta di Indonesia di era 70-an membuat situasi siaran radio menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu, para tokoh asosiasi dan radio siaran swasta di Indonesia menggagas Kongres Radio Siaran Swasta Indonesia pertama pada tanggal 16-17 Desember 1974. Kongres ini secara resmi melahirkan Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI). Pada 1983, organisasi ini mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia.
Radio siaran swasta terus berkembang hingga kini. Menurut data PRSSNI 2011, terdapat sekitar 2590 lembaga penyiaran radio di Indonesia. Selain menyiarkan program berbahasa Indonesia, beberapa stasiun radio terkadang menyiarkan program atau siaran berita dari luar negeri.
Kemunculan teknologi digital membuat banyak stasiun radio Indonesia menyediakan fasilitas penyiaran streaming audio bagi para pendengar. Dengan fasilitas ini, siaran mereka tak hanya didengarkan oleh para pendengar di wilayah jangkauan frekuensi mereka, tapi juga kepada pendengar di seluruh dunia yang terkoneksi internet.